Detail Artikel

Khutbah Jumat H. Rofiq Tegaskan Sepuluh Indikator Takwa dalam Rangkaian Bimtek Guru Muhammadiyah Bali

Khutbah Jumat H. Rofiq Tegaskan Sepuluh Indikator Takwa dalam Rangkaian Bimtek Guru Muhammadiyah Bali

Denpasar, 28 November 2025 — Hari Jumat itu, halaman Balai Penjaminan Peningkatan Mutu Pendidikan (BPPMP) Renon dipenuhi suasana hikmat. Para peserta Bimbingan Teknis Guru Muhammadiyah yang tengah mengikuti pelatihan Pembelajaran Mendalam, Koding, Kecerdasan Artifisial, dan Penguatan Pendidikan Karakter, berhenti dari seluruh aktivitas pelatihan untuk menunaikan shalat Jumat.

Bertindak sebagai khatib, H. Rofiq, yang siang itu menyampaikan khutbah bertema “Sepuluh Indikator Takwa” — pesan inti yang menjadi fondasi karakter unggul dan kepribadian pendidik muslim.

Dengan gaya tutur tenang namun mengalir kuat, H. Rofiq mengajak jamaah merenungkan perjalanan pekan demi pekan. “Sejak Jumat lalu,” ujarnya, “apa saja perintah Allah yang sudah kita jalankan, dan perintah apa saja yang tanpa terasa kita abaikan?”

Pertanyaan itu menggantung di ruang BPPMP, meresap ke hati para pendidik yang sehari-hari membimbing generasi bangsa.

Takwa: Bukan Pengetahuan, tetapi Jalan Hidup


H. Rofiq menegaskan bahwa takwa bukan sekadar kata yang sering diulang dalam ceramah dan buku. Takwa adalah poros yang menentukan lapang-sempitnya rezeki, jernih-keruhnya hati, serta jauh-dekatnya seseorang dari pertolongan Allah.

“Perintah Allah itu dua,” jelasnya. “Ada yang harus kita lakukan, dan ada yang harus kita tinggalkan. Ukuran ketakwaan kita tampak dari kesetiaan pada kedua jenis perintah itu.”


Baginya, seseorang yang dekat dengan perintah Allah akan didekatkan kepada rahmat, petunjuk, serta kemudahan dalam setiap persoalan kehidupan—termasuk dalam dunia pendidikan.

Fondasi Takwa: Enam Indikator Pertama

Di hadapan para guru Muhammadiyah dari berbagai daerah di Bali, H. Rofiq menguraikan enam indikator awal ketakwaan.


1. Keyakinan kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, dan Hari Akhir

Lahir dari kesadaran bahwa hidup berada dalam genggaman Allah, bukan dalam kepastian manusia.


2. Kedermawanan

Memberi yang terbaik, bukan sekadar sisa; karena derma adalah latihan membersihkan diri dari sifat tamak.


3. Shalat yang Mengubah Perilaku

“Hakikat shalat,” katanya, “bukan pada panjang pendeknya bacaan, tetapi pada seberapa jauh shalat menahan kita dari perbuatan yang merusak diri dan merugikan orang lain.”


4. Menunaikan Zakat

Komitmen untuk membersihkan harta dan menguatkan solidaritas sosial.


5. Menepati Janji dan Komitmen

Termasuk janji-janji kepada Allah untuk memperbaiki diri, menjaga lisan, dan membangun integritas.


6. Kesabaran

Tidak hanya dalam kesulitan, tetapi juga sabar dalam keberhasilan, pujian, dan kelapangan—yang sering kali lebih berbahaya bagi hati.

Empat Indikator Penutup: Kedewasaan Seorang Mukmin

7. Berinfak dalam Lapang dan Sempit

Karena kebaikan tidak menunggu waktu ideal; ia hidup dari keikhlasan.

8. Menahan Amarah

Tanda kematangan jiwa yang mampu menahan diri pada saat paling sulit.

9. Memaafkan

Sebuah ketegasan hati: memilih memaafkan sebelum menuntut orang lain meminta maaf.


10. Tidak Berputus Asa dari Rahmat Allah

“Inilah puncak takwa,” pesan H. Rofiq.

“Manusia boleh jatuh, tetapi tidak boleh jatuh ke dalam keputusasaan. Selama masih ada napas, pintu ampunan dan perbaikan diri tetap terbuka.”

Pesan untuk Para Pendidik: Keteladanan sebagai Mahkota Ilmu

Menutup khutbah, H. Rofiq menyampaikan pesan khusus kepada peserta Bimtek:

“Ilmu yang kalian pelajari — mulai dari pembelajaran mendalam, koding, hingga kecerdasan artifisial — akan menjadi cahaya bila dibingkai dengan takwa. Guru yang takwanya kuat, karakter siswanya akan ikut kuat. Guru yang jiwanya jernih, ilmunya akan menjadi penerang bagi generasi.”

Selepas shalat Jumat, para peserta kembali ke ruang pelatihan dengan wajah lebih tenang dan semangat yang menyala.

Di antara suara langkah yang terdengar di lobi BPPMP Renon, tersisa gema pesan khatib: bahwa teknologi boleh maju, metode boleh berubah, tetapi ketakwaan akan selalu menjadi akar yang menjaga keseimbangan hidup seorang pendidik. ( RAYD & AI)

ARTIKEL TERKAIT

Kuliah di Stikom Bali

'